My Sticky Gadget

Bajuyuli baju muslim anak perempuan

Akhirnya WFH Juga

Pandemi udah setaun lebih...

Taun lalu, awal awal pandemi, yaitu menjelang lebaran, saya memutuskan Bajuyuli TIDAK WFH. Kami kerja seperti biasanya, hanya saja karyawan DILARANG ke Masjid, dan DILARANG ke luar kantor, makan siang dibeliin.

Sekarang, walaupun baru 2 hari, saya menerapkan WFH, untuk sebagian karyawan. Karena ga mungkin 100% WFH, kalau 100% WFH artinya kami tidak ada pengiriman, artinya kami tidak ada produksi, artinya omzet = 0, artinya bisnis berhenti. Ga kuat, kami ga punya cash banyak.

Karyawan Bajuyuli yang WFH-able itu kurang lebih 50% nya lah. kepada role role ini saya berlakukan WFH, itu pun ga FULL WFH. beberapa orang harus tetep ngantor beberapa kali, seperti untuk Photoshoot, untuk Shopee Live, untuk ngeprint, dan lain sebagainya.

Tapi ini prestasi lah. Awalnya saya emang ragu, apakah mungkin karyawan Bajuyuli WFH? awalnya saya ga percaya, tapi setelah jalan 2 hari ini, alhamdulillah. lancar, produktivitas nyaris tidak berkurang.

Ada beberapa hal yang jadi concern saya tentang pemberlakuan WFH, dari segi operational bisnis...

karyawan siap WFH? Device ada? Space ada?

mau WFH itu harus ada devicenya.. kalau graphic desainer, harus ada laptop atau PC yang mumpuni. kalau admin harus ada laptop dan HP, harus ada internet yang stabil, daaannnn lain sebagainya...

Saya sebenernya agak anti untuk "meminjam" device pribadi karyawan untuk keperluan pekerjaan, tapi karena ini mudah2an hanya sementara saja. Jadinya WFH yang kami lakukan, 80% nya pakai device yang diberikan kantor, dan 20%nya pakai device pribadi. Alias device dari kantor tidak mencukupi seluruh karyawan.. Tp alhamdulillah bisa jalan...

Selain device, ruangan kerjanya ada ga? bisa kerja dengan tenang ga? bisa kerja optimal ga?

Ga sedikit kan orang yang rumahnya cuma 1 ruangan.. tidur, makan, aktivitas di situ. Kalau isinya ada banyak orang, apalagi kalau ada anak kecil, berat rasanya untuk bisa kerja WFH. Mungkin lebih baik "ngungsi" kerja ke masjid? tapi kan tempat ibadah juga ditutup..

Tapi setelah survey, alhamdulillah seluruh karyawan yang WFH-able punya space untuk WFH.

Harus saling percaya + ada report harian


Pada dasarnya, WFH dan bukan WFH itu hanya berbeda tempat saja. Pekerjaan sama, jam kerja sama, jobrole sama, dan yang lainnya seharunysa sama..

Yang jadi soal adalah kalau misalkan pekerjaan yang dilakukan adalah pekerjaan yang perlu supervisi penuh..

Kalau WFH kan ga ada supervisi penuh tuh, bagaimana kita yakin karyawan mengerjakan pekerjaannya?

nah ini tergantung tingkat saling percaya antara atasan dan bawahan, kalau ini udah tinggi, saya rasa WFH ga ada masalah. Tapi kalau rendah bagaimana? ini yang susah.... yang kalau bos pergi, kerja jadi asal2an, ini yang susah dijadikan WFH...

Paling mungkin untuk kasus seperti itu adalah para karyawan diwajibkan laporan harian apa yang telah mereka kerjakan di hari itu. apakah laporannya bener? jadi balik lagi ke soal kepercayaan.

Kultur perusahaan bisa runtuh

Yang saya sedihkan dari WFH adalah seakan akan kultur perusahaan runtuh dalam sekejap...

Beberapa kultur yang saya coba bangun adalah... solat Dhuha bergiliran, solat fardu berjamaah ke masjid untuk laki laki, kajian tiap Jumat sore, berjemur pagi setiap sebelum mulai kerja, dan lain lain..

Otomatis dengan WFH kultur itu jadi ga ada, atau setidaknya dilakukan masing masing, jadi tidak ada kebersamaannya, ya artinya bukun kultur perusahaan, tapi kultur pribadi..

Itulah kalau saya sih pengen segera bisa WFO lagi... Walaupun banyak orang yang bilang WFH lebih efektif efisien untuk perusahaan, buat saya tidak.. WFO penting, untuk membangun kultur perusahaan yang baik...

baca juga:

--

sekian aja, semoga sharing ini bermanfaat, punya pengalaman yang sama? tulis di kolom komentar...
sangat open to discuss, silakan kontak saya aja via WA. bisa cek di "Tentang Saya"














0 Response to "Akhirnya WFH Juga"

Posting Komentar