My Sticky Gadget

Bajuyuli baju muslim anak perempuan

How High is High?

Saya sering terima masukan dari karyawan:

"customer BANYAK yang minta produk A ditambahin bla bla bla"
"pelanggan BANYAK yang ga suka bla bla bla"
"pelanggan BANYAK yang komplain karena A B C D ..."

masalahnya seberapa banyak?

Kalau ini saya tanya balik ke karyawan, pasti karyawan ga bisa jawab. Dan akan sangat bahaya kalau saya mempertanyakan ini, nanti karywan jadi "males" untuk ngasih inputan ke saya.

Faktanya ga melulu saran karyawan yang tak terukur ini berhasil jika di-eksekusi.

ya 50:50 lah. kadang ada yang berhasil, kadang ada yang tidak.

Contohnya akhir tahun lalu, kata karyawan saya, banyak customer yang minta produk couple ibu dan anak, hasilnya gimana? produknya ga laku! paling kejual 1-2 pcs saja per minggu. Padahal proses R&D, mass production, dan lain sebagainya butuh dana yang ga sedikit.

Berkaca dari hal ini, saya ga akan langsung telan "bulat bulat" apa saran karyawan yang "katanya BANYAK"

lantas bagaimana? VERFIKASI!

Saya rutin men-survey customer kami melalui telpon dengan berbagai pertanyaan terstruktur di Google Form. Tujuannya, yang utama adalah memverifikasi hipotesa, termasuk saran saran yang tak terukur tadi.

Hasil dari ini gimana? saya jadi lebih yakin mengesekusi saran yang sudah terverifikasi ketimbang tidak. Tapi masih juga, belum tentu berhasil. Mungkin penambahan peluang berhasilnya bertambah jadi 70%, yang tadinya 50%.

angka 70% belum membuat saya puas.

Ok lah kalau saran, kritik, komplain yang sifatnya kualitatif itu memang akan sangat sulit diukur.

Yang berbahaya adalah jika anda berbisnis, hal hal yang sebenernya kuantitatif tidak anda ukur!

Misal, anda beranggapan bahwa produk A adalah best seller. Seberapa laku? dasarnya apa? Data ini wajib anda record! ga boleh anda menerka nerka soal produk mana yang laku, karena hal ini jelas kuantitatif, dan bisa banget dikur!

gmn caranya? pembukuan dan statistik dasar! makannya saya pernah nulis di blog ini, bahwa kalau jadi pebisnis itu harus tau statistik, harus jago Excel, harus jago Google Sheet, harus jago ngitung. baca juga: https://www.garoblogz.com/2020/01/pentingnya-belajar-statistik-untuk.html

Perhitungan sebenernya ga harus terlalu akurat, akurasi 90% sudah cukup untuk memutuskan sesuatu. Ini jauh lebih baik dariapada hanya menerka nerka "kayanya"

Saya ingat betul waktu saya kuliah dulu, saya ngambil MatKul Pengelasan di T. Material (bukan jurusan saya), dan si dosen selalu bilang: "how high is high? how banyak is banyak?" cuma ini yang nempel, kuliahnya berujung di nilai D (eh apa iya?). haha

ya begitulah.

jadi intinya, ukur ukur dan ukur. Jangan percaya kata "banyak" tanpa verifkasi.

0 Response to "How High is High?"

Posting Komentar