My Sticky Gadget

Bajuyuli baju muslim anak perempuan

Produksi Sendiri atau maklun? Inhouse atau Oursource?



Thesis MBA saya tentang ini, ngebahas apakah produksi sendiri (inhouse) dibandingkan dengan maklun (outsource) lebih menguntungkan atau tidak. Di atas kertas, kesimpulannya, yang paling optimal adalah outsource ±70% dan inhouse ±30%. Aslinya di lapangan, saya ga bisa mencapai itu, aslinya inhouse = 0%, outsource = 100%. hehe.

oya, saya itu bisnis utamanya adalah jualan baju, jadi angka2 di atas adalah untuk jahit ya..

Suka lucu sendiri, di Thesis, yang dikaji betul betul, siang malam.. Sudah yakin dengan hitungan, ehh pas dipraktekkan, ternyata susah sekali. Dan malah ujungnya berbanding terbalik.

Kenapa bisa gini? baca terus ya..

setidaknya ada 2x event besar di bisnis saya, yang dilematis antara INHOUSE atau OUTSOURCE.

1. Punya penjahit sendiri atau lempar ke luar?

Tadi di pendahuluan udah ada teasernya sedikit. Intinya saya ga berhasil "melihara" penjahit sendiri. Waktu itu ngemodal sampai 50jt++ utk beli mesin jahit, dan meng-hire 5-7 orang penjahit.. hasilnya, GATOT! gagal total..

Di atas kertas emang manis, saya sendiri yang ngitung, sangat2 yakin dengan perhitungan. Tapi apa daya, di lapangan jauh berbeda..

Penyebab utamanya adalah penjahit itu ternyata punya "kode etik"-nya sendiri. Saya padahal udah men-simulasi untuk bikin line production, tapi karena penjahit yang dipekerjakan tidak biasa dengan sistem itu.. Sistem line production-nya ga jalan! alhasil target produksi pun ga kecapai! lebih parahnya lagi, saya sudah panjang lebar ngejelasin, panjang lebar ngasih tau... Mereka bilang "ya!" .. eh ga dikerjain..

Sebenernya yang salah ya saya sendiri, karena saya hanya tau TEORI, prakteknya ga ngerti. Jadinya cuma nyuruh2 doang, padahal memang ada beberapa hal yang tidak mungkin dilakukan di lapangan..

Belum sampai di situ, gara2 saya "ngotot" dengan simulasi produksi saya, saya paksakan terus metode ini. Saya ngotot banget, karena ini mikirinnya siang malem, untuk THESIS MBA ini coy.. Saya neken, alhasil penjahit yang baru masuk itu, ada yang ga kuat, jadinya keluar masuk...

Karena keluar masuk itu melelahkan, keluar 1 ga bisa langsung cari penggantinya. Pasti ada beberapa hari kosong, belum lagi kalau penggantinya harus diajarin dulu, daannn seterusnya..

Alhasil, target produksi harian ga tercapai..

Terus berlanjut, keterpurukan ini spiral down.. Di akhir bulan ke-3, saya putuskan untuk STOP semua penjahit inhouse. Produksi jahit kembali lagi ke outsource atau vendor konveksi.

Alhamdulillah saya ada karyawan lama, yang sangat bisa dipercayai, mesin2 yang udah dibeli saya bikin konveksi diketuai oleh karyawan tersebut. Ngejaitnya tetep produk2 saya juga, tapi saya ga pusing!

2. Gudang sendiri atau jasa fulfillment?



Ini agak berkebalikan dengan cerita pertama.. Kalau yang ini, asalnya Inhouse, nyobain outsource, gak kuat, balikin lagi ke inhouse.

Buat yang belum tau, jadi sekarang udah banyak jasa pergudangan. Service utamanya adalah penyimpanan barang, pengaturan pengiriman, dan manajemen stok di marketplace.

Saya itung2 di atas kertas, ekonomis! Daripada harus sewa gudang, daripada harus nambah pegawai terus, mending pakai jasa gudang ini. Karena bayarnya per barang dikirim + bbrp biaya lainnya..

ehhh ternyata, jalan ±2 minggu saya TARIK semua barang saya di jasa gudang..

banyak sekali isu-nya..
pengiriman lambat, slow respon, status di marketplace ga berubah berubah, dan yang paling parah adalah TROUBLESHOOTING yang ga tepat sasaran.

Untuk mindahin sistem gudang kita ke orang lain itu ga se-mudah balikkan telapak tangan. Apalagi waktu itu saya sudah hitung2, ga mungkin semua produk pindah ke jasa gudang. Jadi sebagian di inhouse, sebagian di outsource. Alasan utamanya karena produksi kami adalah harian, bukan bulanan.

Karena kami jadi menjalani 2 sistem yang berbeda, otomatis harus adaptasi kan? proses adaptasi ini menemui banyak sekali masalah. Dan sebagian besar solusinya adalah kami ngikutin mereka, jadinya ga solutif, capek di kami. Saya lihat sih alasannya, karena kalau sistem mereka berubah sedikit, pengaruhnya besar ke client lain. Singkat kata, mereka ga bisa customize system! wah repot.. tiap client kan beda2 kebutuhannya.


kesimpulan

Jadi setelah mengalami 2 event besar tersebut, yang SANGAT costly.. saya menyimpulkan beberapa hal terkait memilih kapan harus inhouse kapan harus outsource..

  • Teori secara umum, inhouse itu akan lebih memberikan profit ketimbang outsource. Sekarang bayangkan perusahaan sleting YKK. Jika anda punya brand fashion, dan YKK adalah punya anda, berarti profitnya double kan? dari brand fashio ada, dari YKK ada.. Jadi kalau bisa bikin sleting sendiri, profitnya emang jadi gede.. Cuman masalahnya ada treshold tertentu yang membuat minimum quantity pembuatan sleting jadi murah dan ekonomis.
  • Inhouse akan berhasil jika kita memang jago di bidang tersebut, jika tidak jago, lebih baik outsource
  • Jika memutuskan outsource, pastikan anda tidak ikut campur terlalu banyak. harus jelas input dan ouput. udah ilang tuh pusingnya setengah.

---
ya sekian aja curhatan ini
semoga bermanfaat.

[]







0 Response to "Produksi Sendiri atau maklun? Inhouse atau Oursource?"

Posting Komentar