My Sticky Gadget

Bajuyuli baju muslim anak perempuan

Profit Bersih 20 Persen Itu Bagus atau Tidak?

Profit Bersih 20 Persen Itu Bagus atau Tidak?

Ada yang pernah curhat ke saya: omset satu juta rupiah, profit bersih dua ratus ribu. Pertanyaannya sederhana tapi jawabannya ternyata tidak sesederhana itu: ini bagus atau tidak? Jawaban jujurnya, tergantung. Tergantung definisi profit bersih yang dipakai.

Profit Bersih Menurut Standar Akuntansi (PSAK)

Kalau kita bicara profit bersih menurut standar akuntansi atau PSAK, maka angka 20% itu tergolong bagus. Bahkan bisa dibilang keren. Kenapa? Karena profit bersih versi ini benar-benar sudah dipotong semua biaya.

Di dalamnya sudah termasuk gaji kita sendiri, gaji karyawan kalau ada, biaya operasional seperti internet, kopi, galon, dan kebutuhan harian lain, sampai depresiasi aset. Jadi yang tersisa memang murni laba bersih.

Dengan definisi seperti ini, saya pribadi cukup nyaman untuk benchmarking. Saya bisa bandingkan performa bisnis saya dengan industri lain atau laporan bisnis yang sudah rapi dan baku. Kalau profit bersih sudah 20% dengan standar ini, itu sangat solid.

Realita di Lapangan: Profit Bersih Versi Seller

Masalahnya, di lapangan saya jarang sekali menemukan seller yang benar-benar pakai definisi PSAK. Kebanyakan yang disebut profit bersih itu hitungannya masih versi dashboard.

Biasanya dimulai dari angka di seller center. Padahal angka itu sering kali bukan omset asli, melainkan GMV. Ongkir bisa ikut masuk, potongan belum tentu bersih, dan ada banyak noise di dalamnya.

Definisi yang sering saya temui di lapangan adalah: angka seller center dikurangi admin fee, dikurangi HPP, lalu dikurangi iklan. Kalau dari hitungan ini hasilnya 20%, apakah bagus?

Kalau Bisnis Dijalankan Sendiri

Kalau bisnis masih dijalankan sendirian, tanpa karyawan, tanpa kantor atau gudang khusus, dan angka tersebut memang cukup untuk menghidupi diri sendiri, menurut saya itu masih oke. Bukan luar biasa, tapi cukup layak untuk dilanjutkan.

Selama kebutuhan hidup terpenuhi dan arus kas sehat, angka 20% dengan definisi sederhana ini masih bisa diterima.

Kalau Sudah Punya Tim

Begitu sudah punya tim, ceritanya mulai beda. Banyak biaya yang sering tidak ikut dihitung. Misalnya PPN iklan yang bisa memakan sekitar 1%, biaya operasional harian, perlengkapan kecil seperti lakban dan kemasan, sampai gaji dan THR karyawan.

Kalau semua itu mulai dimasukkan, margin 20% bisa cepat terkikis. Bahkan bisa habis tanpa terasa. Di titik ini, profit bersih versi dashboard sudah tidak cukup untuk dijadikan patokan.

Karena itu, kalau sudah punya tim, angka 20% perlu dibedah lebih dalam. Struktur biaya setiap bisnis beda-beda, tergantung efisiensi, lokasi, dan cara operasional.

Kenapa Literasi Keuangan Itu Penting

Buat saya, topik ini kelihatannya receh, tapi sebenarnya krusial. Mau platform apa pun nantinya, laporan keuangan tetap akan dibutuhkan. Bisnis bisa berganti bentuk, tapi pemahaman keuangan tidak pernah jadi sia-sia.

Saya sendiri sudah bertahun-tahun full time di bisnis. Pengalaman itu bikin saya makin sadar bahwa tanpa literasi keuangan, bisnis gampang tersesat. Bukan cuma soal untung hari ini, tapi soal bertahan jangka panjang.

Kalau teman-teman ingin belajar dan menyiapkan pondasi yang lebih rapi, berbagai tools dan referensi yang saya pakai bisa dilihat di ghanirozaqi.com.

0 Response to "Profit Bersih 20 Persen Itu Bagus atau Tidak?"

Posting Komentar