My Sticky Gadget

Bajuyuli baju muslim anak perempuan

Catatan Saya Soal Brand, HPP, Evaluasi Iklan, dan Aturan Shopee (Plus Update Bandung Lautan Seller 2026)

Catatan Saya Soal Brand, HPP, Evaluasi Iklan, dan Aturan Shopee (Plus Update Bandung Lautan Seller 2026)

Di catatan kali ini, saya merangkum beberapa hal praktis yang sering ditanyain seputar jualan di Shopee: mulai dari urusan mencantumkan brand, patokan harga dari HPP, cara mengevaluasi iklan GMV Max, sampai risiko mengarahkan pembeli ke WhatsApp. Di akhir, saya juga menuliskan update tentang Bandung Lautan Seller (BLS) 2026 yang sedang saya inisiasi.

1) Perlu cantumkan nama brand atau “no brand” saja?

Kalau saya, jawabannya sederhana: tergantung brand-nya.

  • Kalau brand-nya memang dikenal dan keyword brand-nya kuat (orang banyak mencari produk lewat nama brand), ya sebaiknya dicantumkan di deskripsi atau materi produk.
  • Kalau brand-nya tidak kuat atau tidak ada nilai tambahnya untuk dicari orang, buat apa dicantumkan.

Intinya, saya melihatnya dari kekuatan pencarian brand itu sendiri. Kalau membantu penjualan karena orang mencari nama tersebut, saya pakai. Kalau tidak, saya tidak memaksakan.

2) Patokan launching produk: minimal berapa kali HPP?

Saya pribadi sekarang cenderung pakai patokan minimal 1,8x HPP (kurang lebih di angka 1,88).

Tapi, bukan berarti kalau di bawah itu jadi sama sekali tidak boleh dicoba. Saya tetap bisa saja launching, hanya saja kalau ternyata tidak laku, saya akan lebih memilih ditinggal daripada memaksa terus (misalnya dengan menurunkan harga sampai ikut termurah) dan akhirnya boncos berkepanjangan.

Kalau memang targetnya momen besar seperti panen raya Lebaran, saya masih bisa pertimbangkan. Di luar itu, saya cenderung lebih hati-hati.

3) Kapan sebaiknya evaluasi iklan, terutama GMV Max?

Menurut saya, kuncinya bukan sekadar “evaluasi tiap berapa hari”, tapi time frame data yang dipakai.

Di GMV Max, sistemnya banyak bermain di retargeting (menyasar orang yang pernah klik beberapa hari sebelumnya). Karena itu, mengevaluasi hanya berdasarkan performa 1 hari menurut saya tidak fair.

Patokan yang paling nyaman buat saya:

  • Minimal pakai time frame 7 hari terakhir.
  • Saya default evaluasi seminggu sekali dengan melihat 7 hari terakhir, karena saya ngejar tren: cepat masuk, cepat keluar.
  • Kalau ada tanda-tanda boncos banget di satu toko, saya bisa evaluasi lebih cepat, tapi tetap pakai time frame yang konsisten.

Kalau ada yang mau evaluasi lebih sering (bahkan harian), silakan saja—yang penting time frame-nya tetap konsisten, misalnya selalu 7 hari terakhir atau selalu 30 hari terakhir.

4) Bolehkah mengarahkan pembeli dari Shopee ke WhatsApp untuk order manual?

Kalau pengalaman saya, mengarahkan ke WhatsApp itu ada risikonya. Bukan sekadar soal akun langsung kena band, tapi bisa kena penalti juga. Jadi saya sarankan hati-hati, apalagi kalau sampai membagikan nomor secara terang-terangan.

Kalau pun kejadian, biasanya kasus seperti ini masih bisa banding, tapi siap-siap: seringnya toko bisa “tenggelam” dulu, dan setelah banding pun performanya belum tentu balik seperti sebelumnya.

Salah satu cara yang pernah saya sarankan adalah belajar dari pola seller yang memang sudah biasa menangani kebutuhan kirim nomor (misalnya seller pulsa/paket data). Coba lihat bagaimana mereka menyiasati format pengiriman data tanpa memicu masalah.

5) Libur Minggu dan risiko penalti keterlambatan pengiriman

Kalau kasusnya libur hari Minggu, lalu ada pesanan masuk Sabtu malam dan dikirim Senin, menurut saya itu aman. Saya menekankan bahwa ada cut-off tertentu, jadi masih ada rentang waktu yang memungkinkan pengiriman sampai Senin malam.

6) Mencari supplier untuk dropship: kenapa terasa sulit?

Saya paham banget kalau mencari supplier untuk dropship itu memang tidak mudah. Saya sendiri lebih sering mengandalkan jaringan kontak yang sudah saya percaya—teman-teman atau supplier yang memang sudah terbukti.

Kalau pun mau “jalur ninja”, ada yang mencoba lewat platform seperti Baleomol atau Jakmall, tapi pengalaman saya pribadi: saya jarang (bahkan tidak pernah) benar-benar berhasil lewat jalur itu.

Ujung-ujungnya, buat saya tetap balik ke networking dan membangun relasi yang benar.

7) Tentang proteksi ROAS: kenapa tiba-tiba ada saldo masuk?

Ada pertanyaan soal kondisi ketika iklan jalan, misalnya Rp100.000 per hari, lalu tiba-tiba ada saldo masuk (contohnya Rp6.000). Apakah itu dari proteksi ROAS karena tidak mencapai target (misalnya ROAS 8)?

Jawaban saya waktu itu: mungkin. Karena bisa juga ada saldo masuk yang sumbernya bonus atau program lain. Jadi yang paling aman, saya sarankan cek keterangannya langsung di detail yang disediakan sistem.

Update Bandung Lautan Seller (BLS) 2026

Saya sedang menginisiasi Bandung Lautan Seller (BLS) 2026. Rencananya acara puncaknya di 15 Januari 2026, dan ada rangkaian kegiatan juga di 13–15 (dengan puncak di tanggal 15).

Tujuan besarnya sederhana: saya pengin ada tempat untuk networking dan saling dukung antarseller. Buat saya, ini penting, apalagi saat tantangan seperti admin fee terasa makin berat untuk dihadapi sendirian.

Di rangkaian tanggal 13–14, konsepnya ada beberapa pojok diskusi/curhat dengan mentor-mentor yang saya kenal, formatnya lebih santai seperti nongkrong, dan jadwal/detail lokasinya mengikuti pembagian sesi. Lalu di acara puncak tanggal 15, saya sebutkan juga rencana ada bedah toko dan networking.

Biayanya saya sebutkan di angka Rp200.000, karena saya realistis: kalau mengandalkan sponsor saja, itu berat. Jadi ini lebih ke urunan bersama untuk menutup biaya tempat.

Kalau mau lihat info dan pendaftaran, saya arahkan ke situs berikut:

bandunglautanseller.com

Catatan ini saya tulis apa adanya dari pengalaman dan cara saya mengambil keputusan. Silakan disesuaikan dengan kondisi toko masing-masing.

0 Response to "Catatan Saya Soal Brand, HPP, Evaluasi Iklan, dan Aturan Shopee (Plus Update Bandung Lautan Seller 2026)"

Posting Komentar