My Sticky Gadget

Bajuyuli baju muslim anak perempuan

Manual vs Otomasi

Saya lagi ada masalah dalam merekap pengiriman pesanan yang pending. Apa itu pesanan yang pending? yaitu pesanan yang masuk, tapi ketika mau dikirim, barang kosong. Terpaksa puter otak utk segera produksi barang tersebut.

Ini sebenernya seperti masalah sederhana, tapi solusinya sangat tidak sederhana.

Flownya terlalu banyak manual..

Print orderan... cek di gudang, lalu menandai mana saja yang kosong, lalu merekap artikel A kurang berapa artikel B kurang berapa dan seterusnya.. Lalu jika ada artikel A yang sudah masuk, berapa harus dikirim? artikel B yang masuk harus berapa yang dikirim? kebayang ga?

Kalau diperhatikan, ini hanya penambahan dan pengurangan saja. Tapi aslinya ga semudah itu.

karena harus melihat fisik kertasnya, harus cek kertasnya, harus memilah. Harus cek di Seller center secara manual, harus cek di rekapan order Google Sheet secara manual..

Nah kuncinya adalah si manual... mau perhitungan cuma 1+1 doang, tapi kalau berulang2 dan dilakukan manual jadinya ribet. ga efektif...

Harusnya bisa diselesaikan dengan otomasi.. tapi teknologi yang saya punya belum sampai ke sana. dan yang paling utama, SDM yang saya punya rasanya belum bsia menerapkan teknologi yang lumayan canggih.. Bisa sih menggunakan teknologi canggih, tapi ternyata masih lebih cepet manual..

Belum sampai di situ..

Mengerjakan masalah secara manual sebenernya gak masalah.. asalkan GAK BANYAK.. kalau banyak yang harus pakai otomasi.. pertanyaannya.. seberapa banyak? nah hayoh.

Wah saya tertantang sekali lah ini ngulik2 operation bisnis saya.

0 Response to "Manual vs Otomasi"

Posting Komentar