My Sticky Gadget

Bajuyuli baju muslim anak perempuan

Perang Harga? siapa takut (part 2)

part 1, baca dulu: Tips Menghadapi Perang Harga di Shopee

jangan main di Red Ocean, ini tips yang sering saya denger.. saya udah baca salah satu bukunya tentang ini, baca: Review Buku: Blue Ocean Shift

apa itu Red Ocean? simplenya, arena perang harga.. di mana itu? dimana-mana juga ada.. Tapi yang paling mahfum perang harga terjadi di marketplace.. seperti Shopee, Lazada, Tokopedia, dst...

Setelah baca buku The Long Tail, saya sedikit berbalik pikir. emangnya kenapa kalau perang harga? emang salah? emang ga boleh?

perang harga "asyik" kok, kalau tau caranya.. Perang harga ga salah kok, boleh banget...

Bayangkan iPhone vs Xiaomi.. kalau saya sih gang Xiaomi. Dengan harga yang jauh lebih murah, bisa mendapatkan spec handphone yang kurang lebih sama dengan iPhone. anda gimana? pilihan orang beda..

Xiaomi main di arena "murah". Apple dengan iPhone-nya main di arena mahal, main di arena "psikologis"..

back to basic..


Orang itu belanja bisa karena faktor psikologis, faktor needs, atau faktor keduanya...
Faktor psikologis biasanya disebut2 dengan faktor branding, value dari suatu brand, dan seterusnya.. contohnya: iPhone, Luis Viton, Samsung, dan seterusnya...

Faktor needs, lebih mengutamakan kebutuhan dari suatu barang, ga peduli brand apa. Customer yang mengutamakan ini, biasanya jatuh hati ke brand seperti: Xiaomi, Nike (Nike itu sebenernya "murah"), dst..

atau karena faktor keduanya...

orang bilang beli iPhone biar keren, dan ternyata memang fiturnya bagus...
orang bilang beli Xiaomi karena murah, dan ternyata fiturnya bagus, dan HP nya reliable..
dst dst..

balik lagi soal perang harga..


Saya pernah baca, "the power of AND"... duh lupa di buku apa ya.. yang jelas intinya, emang kalau murah harus kualitas jelek? kenapa ga bikin murah dan kualitas bagus?

"the power of AND" hanya berlaku di produk murah.. Karena kalau produk mahal dan bagus, orang akan bilang WAJAR! ya ga?

menurut saya, Xiaomi murah dan bagus. Brand ini meng-aplikasikan betul "the power of And". Tuh Xiaomi bisa, masa kita ga bisa? Xiaomi bisa jadi perusahaan besar kok main di Red Ocean, kenapa kita ga bisa? kan tinggal nyontoh aja... (ngomong mah gampang)

Orang yang PRO dengan sisi psikologis customer, akan menghindari customer yang price sensitif, simplenya menghindari kelas menengah ke bawah, padahal ga selalu begitu..

bagaimana mungkin ga price sensitif? semua orang bakal price sensitif pada ujungnya.. Sampai kapanpun price adalah faktor penting untuk suatu keputusan bisnis...

Se-keren apapun brand anda, makin besar pasti ada imitasi nya.. terbentuklah Red Ocean baru..

intinya, perang harga itu tidak akan terhindarkan 100%

Cross Selling dan Long Tail

main perang harga itu bagus kalau kita ada strategi cross selling dan long tail..

apa itu cross selling? menawarkan produk lain, yang "more likely" bakal dibeli oleh orang tersebut..
apa itu long tail? kalau anda punya 1000 produk yang diurutkan dari yang terlaris sampai yang paling ga laris.. Semakin laris produk terlaris, semakin besar kemungkinan produk ga laris ikut terjual juga..

Jadi dengan kita "nyimpen kaki" di arena perang harga, tawarkan juga produk lain yang sangat mungkin dibeli oleh pelanggan kita dan margin produk tersebut harus ok..

Contoh paling terbayang mungkin ini..

BAB Gratis! kencing bayar..... ga mungkin orang BAB tanpa kencing, ya ga? ini prinsip cross selling..

Gimana caranya perang harga?


simple.. teken HPP!
kalau jualan retail, anda harus jago produksi.. Jago mendesain sistem produksi anda sehingga memberikan cost semurah murahnya, dengan kualitas sama aja..

bisa dengan perbanyak produksi (economies of scale), bisa dengan cari supplier yang lebih murah, cari vendor yang lebih murah, membeli mesin, dan masih banyak lagi...

soal inventory juga penting, mungkin tidak terlalu terkait langsung dengan biaya HPP. tapi kalau anda bisa mengelola inventory dengan baik, modal anda akan efektif. Teori paling SIP tentang inventory adalah teori JUST IN TIME nya Toyota Way. Teorinya gampang, tapi ini prakteknya susah bukan main.

kalau baru mulai bisnis gimana?

Kalau anda baru mau bisnis, rasanya sulit untuk neken HPP seperti saran saya di atas, tp gpp.. saya ada solusinya..

Mungkin anda tidak akan bisa buat produk paling murah se-antero Shopee, se-jagat Tokopedia, dst.. Tapi menjadi ke-2 termurah juga masih OK kok.. atau ke-3 termurah? masih lumayan... cek aja di Shopee, apakah produk yang ke-3 termurah ga laku sama sekali? memang tidak sama larisnya dengan yang paling ter-murah no 1, tp lumayan toh?

karena ga bisa neken HPP, coba set pricing point, dengan harga jujur..

apa itu harga jujur?

anda harus estimasi, berapa gaji, berapa operasional, berapa profit yang anda harapkan dari suatu produk...

misalkan..
anda jual produk A, dengan HPP 50rb/pcs..
untuk gaji karyawan, anda set di 10rb/pcs
untuk marketing, anda set di 10rb/pcs juga
untuk oprasional harian anda set di 5rb/pcs
untuk profit anda set di 10rb juga..

yaudah harga jualnya = 50rb + 10rb + 10rb + 5rb + 10rb = 85rb rupiah.. atau kalau mau dikalikan safety factor, misalkan 1.2.. maka harga jual anda 85rb x 1.2 = ±100rb

berarti anda punya gross margin sekitar 50% dari tiap produk. ini udah ok kok..

FYI, perusahaan raksasa sekalas IBM, gross profit terbaik mereka adalah 60%.. anda hanya selisih 10% dari IBM. hehe

rumus di atas, untuk awal awal, sudah cukup lah untuk ikutan perang harga..

--

duh ga nyangka panjang juga.. ini mau dibikin versi videonya jadi susah deh..

0 Response to "Perang Harga? siapa takut (part 2)"

Posting Komentar