Apakah Dropship Masih Worth It? Pengalaman Saya Jalani 95% Bisnis Dropship
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, teman-teman. Beberapa waktu lalu banyak yang bertanya apakah dropship itu masih worth it dan bagaimana kalau supplier menjual produk lebih murah dari kita. Dua pertanyaan ini sering banget muncul, jadi saya bahas sekalian di sini berdasarkan pengalaman pribadi saya.
Bisnis Saya Sekarang 95% Dropship
Selama 30 hari terakhir, saya menjalankan bisnis dengan sistem dropship hampir 95%. Alhamdulillah, hasilnya lumayan stabil — rata-rata sekitar enam jutaan per hari. Ini murni dari dropship tanpa stok sendiri. Saya masih punya sedikit produk buatan sendiri, tapi cuma dua artikel saja, dan sejauh ini belum ada rencana menambah produk baru.
Saya juga bikin Sindikat Dropship, semacam komunitas tempat kita dropship berjamaah. Fasilitatornya ada saya dan Mas Soni Kurniawan. Kalau teman-teman mau belajar bareng, bisa cek di ghanirozaqi.com. Investasinya sekitar Rp9 juta, dan kerja samanya bersifat jangka panjang — bahkan saya sering bilang “sampai maut memisahkan.”
Kenapa Saya Masih Pilih Dropship
Menurut saya, dropship itu tetap worth it karena biaya operasionalnya rendah banget. Saya enggak perlu sewa gudang besar, enggak butuh banyak karyawan, bahkan admin saya cuma satu orang dan kerja dari rumah. Dengan sistem seperti ini, cash flow jadi lebih ringan.
Dulu waktu saya masih produksi sendiri, cash flow sering tersendat karena harus beli bahan baku dan produksi dulu sebelum barang bisa dijual. Sekarang, karena sistem dropship, saya enggak perlu keluar modal besar di awal. Jadi uang bisa lebih fleksibel, enggak “ngendap” di stok barang.
Soal Supplier yang Lebih Murah
Banyak juga yang khawatir, “Kalau supplier jual lebih murah gimana?” Nah, menurut saya, kalau strategi kita hanya adu murah, itu berarti kita belum jadi marketer profesional. Karena strategi harga murah itu paling dasar — siapa pun bisa meniru. Masih banyak strategi lain yang lebih efektif.
Lagipula, supplier enggak mungkin menguasai 100% pasar. Misalnya dia jual produk paling murah di Shopee, tetap aja enggak semua orang beli ke dia. Kita masih bisa ambil “remehan roti”-nya, alias sebagian kecil pasar yang tetap besar kalau kita konsisten.
Selain itu, enggak semua pembeli sensitif harga. Ada yang beli karena FOMO (Fear of Missing Out) — takut ketinggalan tren. Mereka biasanya enggak mikir panjang, lihat produk menarik langsung beli tanpa banding-bandingin harga. Dari situ juga saya banyak dapat penjualan.
Kesimpulan: Dropship Masih Sangat Worth It
Buat saya pribadi, dropship masih sangat layak dijalani, terutama kalau tahu cara mainnya. Supplier lebih murah bukan masalah besar. Fokus aja ke market dan strategi penjualan yang lebih profesional.
Kalau pengin percepat proses belajar dan enggak mau nyoba-nyoba sendirian, bisa join di Sindikat Dropship. Di sana ada bootcamp dua bulan, ada zoom, modul mingguan, dan mentoring bareng saya serta Mas Soni. Setelah lulus, baru masuk ke komunitas dropship-nya.
Alhamdulillah, itu aja sharing saya kali ini. Jangan lupa subscribe channel saya dan kunjungi ghanirozaqi.com kalau mau join Sindikat Dropship. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

0 Response to "Apakah Dropship Masih Worth It? Pengalaman Saya Jalani 95% Bisnis Dropship"
Posting Komentar