My Sticky Gadget

Bajuyuli baju muslim anak perempuan

Tidak Mengayomi Karyawan

Baca dulu: https://www.garoblogz.com/2020/03/pemimpin-harus-siap-tidak-disukai-orang.html

Setaun kebelakang ini, perusahaan saya ada ±1 orang resign per bulan, dan hampir dari seluruhnya mengkritik saya bahwa saya tidak bisa mengayomi karyawan. Atau kata gamblangnya, saya tidak disukai oleh karyawan.

Pada dasarnya, saya bisa kok jadi orang yang menyenangkan, buktinya kalau saya main dengan 2 anak saya mereka ketawa ketawa aja tuh. hehe..

Pada fase merintis bisnis dulu, waktu karyawan saya ±5 orang, saya dekat sekali dengan karyawan. Sampai sampai seperti sahabat. Karyawan merasa nyaman, sering bertukar pikiran tentang hal yang buka pekerjaan, saling curhat, saling bercanda. Fase ini terjadi 2 tahun awal rasa rasanya. Nyaman sih, bekerja jadi seperti tanpa beban, tapi dibalik itu apa yang terjadi?

1. hilang kedisiplinan

Ya ini betul sekali, karyawan jadi tidak disiplin. Karena terlalu dekat dengan saya, mereka menganggap remeh peraturan peraturan yang saya buat. Hasilnya sering sekali kala itu karyawan yang terlambat, bahkan ketika saya sudah memuncak dan memarahi si karyawan yang sering telat, dia marah balik ke saya! dia bilang "ah kan telat cuma 30 menit aja kok! atau mundurin aja jam masuk kerjanya." mengerikan bukan?

Kala itu jadi seakan akan percuma membuat peraturan, jadi mengalir saja seperti air. Alhasil paramter parameter bisnis jadi tidak bisa terukur, karena sulit untuk mem-baku-kan pekerjaan. nyambung ke poin 2.

2. produktivitas rendah

Secara makro, bisnis saya ini jadi tidak produktif. Saya jadi tidak bisa men-set target, saya jadi tidak bisa membuat perusahaan jadi ada SOP nya, jadi ada peraturan baku nya, dan seterusnya. Karena hal itu tidak bisa dilakukan jika saya masih terlalu dekat dengan karyawan, jadinya pekerjaan selesai dengan mudah puas. Tidak ada niatan dari karyawan untuk mencapai targetan yang lebih jauh, karena terlalu nyaman.

lanjut..

Di fase ke-2, saya mulai menarik diri dari kedekatan dengan karyawan. Yang dulunya saya sering nongkrong bareng dengan mereka, awal tahun ke-3 saya ga pernah lagi melakukannya. Saya mulai memberlakukan peraturan peraturan yang lebih ketat, khususnya soal kedisiplinan dan target kerja. Awal awal fase ini penolakan besar besaran terjadi, langsung beberapa bulan kemudian 1 orang berhenti kerja, karena setelah libur lebaran dia ngaret masuk kerja 1 hari. Kalau ini terjadi di fase pertama kepemimpinan saya mungkin gpp, tapi saya harus melihat kedepan, bahwa perusahaan harus dibawa lebih disiplin.

Akibat dari fase ke-2 ini masih saya rasakan sampai sekarang, karyawan2 senior sering mengkritik saya karena tidak dekat dengan karyawan, dan tidak bisa mengayomi karyawan. Anehnya, karyawan baru yang masuk pada saya fase ke-2 pun mengkritik hal yang sama! loh kok bisa gitu? ini bukti pembicaraan tentang kritikan kepemimpinan saya ini terjadi di antara mereka.

Pengalaman saya ini menunjukkan bahwa kedekatan dengan karyawan berbanding terbalik dengan produktivitas, apakah benar? ternyata memang benar! saya menemukan teori namanya manajemen 9,9. Bisa dilihat dari gambar di bawah ini:

grid manajemen 9,9
grid manajemen 9,9

Jadi intinya ada 2 polar manajemen, yaitu sangat dekat dengan karyawan tapi produktivitas rendah, atau produktivitas tinggi tapi tidak dekat dengan karywan. Ada juga polar "utopis" yang saya rasa tidak mungkin di capai, yaitu sangat dekat dengan karyawan dan produktivitas sangat tinggi.

Meski manajemen 9,9 menurut saya impossible untuk digapai, tapi tentu harus berusaha untuk menggapainya. Pertanyaannya, mau mulai dari mana? pilihannya berikut ini:
  • menuju 1,9 dulu baru ke 9,9
  • menuju 9,1 dulu baru ke 9,9
  • menuju 5,5 baru ke 9,9 (jalur diagonal)
Pilihan pertama yang menuju 1,9 dulu tidak mungkin saya lakukan, karena memelihara terus menerus karyawan tanpa produktivitas tinggi saya ga kuat modal. menuju 5,5 juga berat saya lakukan, karena ini melibatkan perasaan. Jadinya sikap kepemimpinan saya sejauh ini adalah membuat sistem se-produktif mungkin, sehingga tidak dibutuhkan karyawan yang terlalu dekat secara sosial, lalu pelan pelan saya mencoba untuk lebih mengayomi karyawan.

Itulah catatan ini, semoga bermanfaat.

 

0 Response to "Tidak Mengayomi Karyawan"

Posting Komentar