Apakah Perlu Demo ke Shopee dan TikTok?
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, teman-teman. Akhir-akhir ini saya sering dengar ide soal demo ke aplikator, terutama Shopee dan TikTok. Ada yang bilang, "gimana kalau kita demo aja biar seller didengar?" Ide ini beberapa kali masuk ke chat saya, dan saya pun sempat kepikiran. Jadi di tulisan ini saya mau berbagi pandangan pribadi saya soal demo ke aplikator.
1. Demo Tanpa Pemantik Tidak Akan Jadi
Kalau hanya sekadar ajakan "yuk demo yuk" di grup WhatsApp atau Telegram, saya yakin enggak akan jadi apa-apa. Demo besar biasanya butuh pemantik. Dalam sejarah, demo besar-besaran sering muncul karena ada kejadian besar yang memicu. Misalnya tragedi yang menimpa Mas Afan Kurniawan, atau peristiwa Malari, bahkan gerakan Koin untuk Prita dulu.
Sampai saat ini, saya belum melihat ada pemantik seperti itu di dunia seller online. Jadi selama belum ada faktor pemicu yang kuat, ajakan demo kemungkinan hanya akan jadi wacana saja.
2. Kenapa Harus Demo? Emang Cuma Bisa Jualan di Shopee dan TikTok?
Saya sering mikir, kok rendah banget ya kalau sampai demo hanya karena kita merasa dirugikan di platform tertentu. Memangnya jualan cuma bisa di Shopee atau TikTok aja? Saya rasa enggak. Masih banyak alternatif bisnis lain di luar itu.
Makanya di Bandung, saya menginisiasi pertemuan bernama Exshotik (Exit Shopee TikTok). Di sana, kami ngobrolin bisnis-bisnis yang berada di luar ekosistem Shopee dan TikTok. Karena selama ini saya sendiri lebih fokus di dunia online—mulai dari zaman Kaskus, sekitar 15 tahun yang lalu—dan bisnis offline masih di luar radar saya. Tapi bukan berarti enggak bisa, justru menarik buat dijelajahi.
3. Posisi Seller Online di Mata Aplikator
Kalau dipikir-pikir, posisi kita sebagai seller itu memang lemah di hadapan aplikator. Mereka bisa mengubah aturan atau kebijakan sesuka mereka tanpa melibatkan kita. Kadang ada survei, tapi jujur saja, saya sendiri enggak pernah ngisi.
Kita ini kayak fans klub bola besar—mau teriak sekencang apa pun, keputusan tetap di tangan manajemen. Tapi saya juga percaya, kita para pelaku UMKM enggak serendah itu. Kita adalah penopang ekonomi Indonesia. Jadi mestinya, mentalitas kita bukan hanya menuntut, tapi juga mencari alternatif dan jalan lain.
4. Alternatif Bisnis Itu Banyak
Saya pribadi punya beberapa sumber penghasilan lain: bisnis konsultan pajak, beberapa channel YouTube (termasuk yang berbahasa Inggris untuk target luar negeri), dan beberapa investasi kecil. Jadi menurut saya, masih banyak jalan lain untuk berkembang selain mengandalkan satu atau dua platform besar.
5. Peran Pemerintah dan DPR
Ada juga yang bilang, gimana kalau kita tekan pemerintah atau DPR biar bantu suara seller online? Jujur aja, saya rasa kita masih jadi low priority. Masih banyak kelompok lain seperti driver ojek online yang kondisinya lebih berat dan butuh perhatian lebih dulu.
Saya juga beberapa kali ikut program kewirausahaan dari pemerintah. Biasanya yang disasar justru pelaku usaha non-adaptif—seperti pengrajin atau ibu-ibu pembuat kerupuk—bukan seller online seperti kita. Itu enggak salah, karena mereka memang butuh dukungan khusus untuk bisa go online.
6. Bersyukur dan Tetap Realistis
Saya rasa kita harus tetap bersyukur. Berkat adanya Shopee dan TikTok, banyak dari kita bisa hidup mandiri. Jangan sampai kita jadi kufur nikmat hanya karena kebijakan aplikator berubah. Demo boleh saja, itu hak setiap warga negara, tapi tetap harus punya alasan kuat dan arah yang jelas.
Jadi, menurut teman-teman gimana? Perlu demo ke Shopee dan TikTok atau enggak? Silakan tulis pendapat kalian. Jangan lupa subscribe channel saya. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

0 Response to "Apakah Perlu Demo ke Shopee dan TikTok? Pandangan Saya Tentang Gerakan Seller Online"
Posting Komentar