My Sticky Gadget

Bajuyuli baju muslim anak perempuan
Beranda · Self-engineering · bisnis · Memoar · Review Buku · Thoughts · Tentang Saya ·

Ngobrol Santai tentang Iklan Shopee: GMV Max, ROAS, Grouping Ads, dan Momentum Penjualan

Ngobrol Santai tentang Iklan Shopee: GMV Max, ROAS, Grouping Ads, dan Momentum Penjualan

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Di video ini saya ngobrol santai bareng teman-teman, sesi curhat sekitar 15 menit dengan jam yang random. Saya membuka kesempatan tanya jawab seputar iklan Shopee, terutama yang berkaitan dengan GMV Max, ROAS, pengaturan budget, dan hal-hal praktis yang teman-teman alami di lapangan.

Menaikkan Budget Bertahap di GMV Max

Pertanyaan pertama datang dari Mas Muhammad Fadil. Beliau melihat ada beberapa seller yang beriklan di GMV Max, setiap malam mereka riset lagi dan menaikkan budget bertahap, misalnya mulai dari Rp5.000, lalu naik perlahan jadi Rp10.000, dan seterusnya. Pertanyaannya, apa bedanya cara seperti itu dibanding langsung pasang budget besar, misalnya Rp1.000.000 per hari? Apakah penyerapan traffic bisa lebih maksimal?

Saya jelaskan bahwa gaya seperti itu mirip dengan gaya iklan di Meta. Shopee sebenarnya sudah punya fitur serupa yang namanya budget dinamis, hanya saja menurut saya masih belum terlalu akurat. Inti dari cara naik bertahap seperti itu adalah efisiensi.

Kalau kita main dengan pola seperti itu, posisi kita cenderung lebih aman. Dalam sehari-hari kan tidak semua hari itu bagus, selalu ada hari-hari yang jelek. Di hari-hari jelek, budget kita akan lebih terpantau. Jadi keuntungan utamanya adalah lebih aman dari sisi penggunaan budget.

Kalau soal lebih gacor atau tidak, menurut saya tidak otomatis jadi lebih gacor. Keunggulannya lebih ke keamanan budget, bukan ke performa yang jauh lebih tinggi. Soal traffic juga sebenarnya tidak terlalu berbeda kalau budget akhirnya sama. Yang membedakan adalah kalau kita hanya pasang Rp5.000 dan tidak dinaikkan karena sampai siang belum ada orderan, ya traffic-nya memang tidak maksimal. Intinya, pendekatan itu adalah pendekatan yang lebih safety, bukan trik ajaib untuk menaikkan traffic secara drastis.

Top Up Saldo untuk Iklan Ekspor Shopee

Pertanyaan berikutnya datang dari Mas Odo Aca. Beliau cerita bahwa ketika masuk ke dashboard iklan untuk ekspor (Flexi), muncul instruksi untuk mengisi saldo terlebih dahulu. Beliau bertanya, apakah memang seperti itu alur normalnya, dan apakah saya punya pengalaman menggunakan fitur tersebut.

Saya jawab jujur bahwa saya sendiri belum pernah mencoba langsung fitur iklan ekspor ini. Saya hanya sempat baca sekilas saja. Dari yang saya baca, memang ada mekanisme isi saldo khusus untuk iklan di luar negeri, misalnya untuk Malaysia. Pembayarannya bisa pakai rupiah, lalu dialokasikan ke negara tujuan.

Karena saya belum praktek, saya belum bisa berbagi pengalaman lebih rinci. Jadi di bagian ini saya hanya membenarkan bahwa memang ada mekanisme isi saldo, tapi untuk detail teknis dan praktiknya saya sendiri masih kosong pengalaman.

Memperbaiki CTR Iklan dan Riset Kata Kunci

Mas Muhammad Yusuf kemudian bertanya soal CTR. Beliau merasa CTR iklannya jelek sekali, padahal dari sisi foto produk, judul, dan pricing sudah dioptimasi. Pertanyaannya, selain tiga hal itu, ada parameter lain tidak yang perlu diutak-atik atau dipantau?

Saya jawab bahwa ada faktor hoki dalam tanda kutip, dan saya juga curiga bisa jadi produknya memang sudah tidak tren lagi. Jadi salah satu cara untuk mengecek adalah dengan melihat di Google Trends, apakah tren produk tersebut masih naik, stabil, atau justru menurun.

Mas Yusuf lalu menanyakan soal riset kata kunci setelah iklan manual dihapus oleh Shopee. Dulu, kita bisa meriset kata kunci dari performa iklan manual. Sekarang, sumbernya dari mana? Saya jawab bahwa masih ada iklan toko, dan iklan toko manualnya masih tersedia. Jadi riset kata kunci bisa dialihkan melalui iklan toko tersebut.

Stok Seret, Penalti, dan Menjaga Momentum Iklan

Masatus bercerita bahwa di satu toko beliau punya empat produk. Tiga produk stoknya sudah susah, satu produk stoknya masih banyak. Pertanyaannya, untuk iklan GMV Max, tiga produk yang stoknya susah ini sebaiknya dijeda saja atau budget-nya dipatasi supaya fokus ke satu produk yang stoknya masih aman?

Saya balik bertanya, apakah produk itu masih akan diproduksi lagi atau tidak. Ternyata masih dalam proses dijahit, karena beliau jual fashion dan barangnya belum ready.

Menurut saya, kalau iklan dijeda, dampaknya besar sekali ke momentum. Jualan di Shopee itu sangat bergantung pada momentum. Kalau momentum hilang, nanti mau dikejar lagi itu susah, sampai rasanya mau nangis darah juga tidak akan mudah.

Dari dua opsi yang beliau sampaikan — menghentikan iklan supaya pengiriman tidak telat, atau tetap menjalankan iklan tapi ada risiko pengiriman telat dan penalti — saya pribadi lebih memilih opsi kedua: iklan jangan dijeda.

Saya menyarankan agar iklan tetap aktif, tetapi kalau perlu direm sedikit. Misalnya biasanya menyedot Rp500.000 per hari, bisa direm jadi Rp300.000 per hari. Yang penting ada pembatasan budget dulu supaya lebih aman sekaligus momentum tetap terjaga. Ke depannya, batas nominal ini bisa diubah lagi ketika produksi sudah lebih siap. Dari pengalaman saya, perubahan limit budget tidak terlalu berpengaruh besar ke performa selama sistem sudah punya data historis dari iklan tersebut.

Margin Dropshipper untuk Produk Fashion

Mas Helmi Sugara bertanya sebagai dropshipper. Kalau mengambil dari satu toko yang sama, sebagai dropshipper harga kita cenderung tidak bisa jauh lebih tinggi dari supplier. Kalau dinaikkan terlalu jauh, persentase keuntungan bisa jadi kecil atau kalah saing harga. Beliau bertanya, berapa persen biasanya saya ambil untuk produk fashion seperti ini.

Saya jawab bahwa untuk produk passion atau fashion, saya biasa mengambil patokan dua kali lipat dari HPP. Itu patokan kasar yang saya gunakan.

Saya juga menambahkan bahwa saya pribadi tidak masalah kalau harga saya lebih mahal daripada supplier. Bagi saya, lebih baik lebih mahal tapi ada margin yang layak, daripada sama atau lebih murah tapi sebenarnya tidak ada margin sama sekali. Jadi fokus saya adalah memastikan bisnis tetap punya keuntungan yang sehat.

Strategi Grouping Ads: Per Kategori atau Performa?

Pertanyaan berikutnya datang dari Mas Fastison. Beliau sedang mencoba iklan GMV Max dengan fitur grouping ads, yaitu menggabungkan beberapa produk menjadi satu grup iklan. Saat ini, beliau memasukkan semua produk dalam satu grup. Pertanyaannya, apakah cara seperti itu sudah benar atau sebaiknya dibagi per kategori produk, misalnya satu grup untuk setiap kategori.

Saya jawab bahwa saya sendiri masih eksperimen dan belum terlalu banyak mencoba langsung. Namun, Mas Soni Kurniawan sudah lebih dulu mencoba, dan dari hasil yang saya lihat, cara yang lebih bijak bukan membagi per kategori, tetapi membagi berdasarkan performa.

Contohnya, misalnya kita sama-sama jual kaos anak. Ada kaos anak perempuan dan kaos anak laki-laki. Secara harga bisa saja sama, tetapi keseimbangan ROAS-nya beda-beda. Misalnya kaos anak laki-laki stabil di ROAS 5, sementara kaos anak perempuan stabil di angka lain. Jika produk dengan karakter ROAS yang berbeda ini digabung, hasilnya cenderung kurang bagus.

Lebih baik produk dikelompokkan per “geng” ROAS. Misalnya, produk dengan ROAS seimbang di 9 dikumpulkan bersama; produk dengan ROAS seimbang di 5 digabung dengan geng 5, dan seterusnya. Dari yang saya lihat, model pengelompokan seperti itu yang lebih berhasil.

Tentu saja, menghitung dan mengelompokkan berdasarkan performa ini memang cukup rumit dan butuh waktu. Untuk detail teknis cara menghitung dan mengelompokkan, saya sarankan untuk japri langsung ke Mas Soni Kurniawan, karena beliau yang sudah lebih dulu mendalami eksperimen ini.

Naikkan ROAS Pelan-pelan vs ROAS Tinggi untuk Flexing

Mas Asraf Afif kemudian bertanya soal pengaturan ROAS. Misalnya, setelah diuji, kita sudah tahu bahwa ROAS 6 adalah titik yang optimal. Lalu kampanye itu berjalan di angka tersebut. Pertanyaannya, apakah bijak kalau ROAS dinaikkan pelan-pelan setiap minggu, misalnya dinaikkan 0,5 sampai mentok, apalagi banyak orang yang memamerkan ROAS tinggi — seperti 10 atau 15 — sebagai bahan flexing?

Saya jawab terus terang bahwa saya sendiri tidak melakukan strategi menaikkan ROAS seperti itu. Jadi saya tidak punya pengalaman langsung yang spesifik di situ. Yang saya lihat, orang-orang yang terlalu fokus menaikkan ROAS kadang justru terlalu fokus di iklan.

Padahal, sekarang ngiklan itu sudah sangat mudah. Akun yang sudah tiga tahun jualan dan akun yang baru kemarin mulai jualan bisa punya level yang sama di mata sistem iklan. Jadi, orang yang terlihat jago iklan belum tentu sebenarnya begitu jauh berbeda; sistemnya saja yang membuat levelnya sejajar.

Saya pribadi tidak ingin terlalu larut dalam permainan angka ROAS tinggi seperti itu, karena khawatir ujung-ujungnya malah kita yang “digawaiin” oleh iklan, bukan kita yang memanfaatkan iklan sebagai alat.

Memang ada cerita sukses orang yang menaikkan ROAS terus dan performanya tetap bagus. Tapi saya melihat itu lebih karena trennya memang sedang naik, misalnya di momen tertentu seperti Agustusan. Saya sendiri pernah mengalami, seminggu demi seminggu saya tambah budget, dan pencapaian tetap naik. Namun alasannya bukan sekadar karena saya menaikkan ROAS, melainkan karena tren pasar di periode itu memang lagi naik.

Penutup: Fokus di Hal yang Tepat dan Info Bootcamp

Dari sesi singkat ini, pelajaran yang saya garis bawahi untuk diri saya dan teman-teman adalah: jangan sampai kita terlalu fokus di iklan sampai lupa hal lain yang tidak kalah penting, seperti stok, produksi, tren produk, dan pengelolaan toko secara keseluruhan.

Insyaallah saya berusaha menjaga rutinitas sesi tanya jawab seperti ini sekitar 15 menit saja dengan jam yang random. Di akhir sesi, saya juga mengingatkan bahwa saya sedang membuka batch baru untuk Bootcamp Ternak Toko, yaitu batch 11. Tinggal dua batch lagi sebelum masuk periode panen raya lebaran.

Jadi kalau teman-teman ingin ikut panen raya lebaran sebagai dropshipper atau pebisnis di Shopee, inilah dua kesempatan terakhir sebelum masuk masa panen tersebut. Terima kasih sudah menyimak dan berbagi cerita. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bagikan :

Facebook Twitter

0 Response to "Ngobrol Santai tentang Iklan Shopee: GMV Max, ROAS, Grouping Ads, dan Momentum Penjualan"

Posting Komentar